Usai misa, kedua peti dipindahkan di halaman gereja dan dilakukan penyerahan dari pihak keluarga ke Dandim 1603 selaku Inspektur Upacara untuk dimakamkan secara semi militer di TMP Bukit Iligetang Maumere.
Ratusan masyarakat dengan payung warna warni menahan terik berdiri di sisi kiri dan kanan halaman gereja katedral, mengiringi kepergian kerangka Moang Ratu bersama istrinya. Dalam kawalan barisan TNI dan Polri kedua peti kemudian diletakan dalam mobil pick up terbuka. Kemudian dilakukan arakan menuju TMP Bukit Bahagia Iligetang.
Di Iligetang, warga masyarakat, puluhan anggota TNI dan Polri, Siswa SMK Pelayaran dan Drum Band dari SLTP Yapenthom I Maumere telah menunggu. Dekat makam, ratusan masyarakat berkumpul dibawah tenda yang disedikan di kedua sisi. Upacara pemakaman kembali berlangsung lancar dalam cuaca terik hingga selesai sekitar pukul 14.00.
Hadir dalam kesempatan itu antara lain, Sekretaris Daerah Kabupaten Sikka Cypri da Costa, Wakil DPRD Sikka Alex Longginus, Kapolres Sikka, Dandim Sikka 1603, sesepuh masyarakat Sikka Daniel Woda Pale, E.P da Gomez, Oscar Mandalnagi Pareira dan cucu Almarhum Raja Centis dan Du’a Reja Karwayu yang juga adalah Ketua Badan Anggaran DPR RI, Melkias Markus Mekeng.
Pengambilan kerangka Du’a Reja dilakukan cucu kandungnya Minkolas da Silva. Hampir seluruh kerangkanya telah menjadi tanah. Bahkan petinya pun telah hancur. Dengan hati-hati, proses pemindahan ke dalam peti dilakukan. Usai peti ditutup, kemudian peti yang baru diisi kerangka Du’a Reja disemayamkan sementara di Gereja St. Imaculata Lekeba’i dan dilakukan ibadat sabda. Sekitar pukul 5 sore, dengan kawalan dari kepolisian Resort Sikka, menggunakan mobil ambulans dan puluhan pengusung peti, di bawa menuju Maumere untuk disemayamkan di rumah puteranya, almarhum Michael da Silva bersanding dengan kerangka peti Moang Ratu Centis yang baru saja di gali dan dipindahkan dari makamnya di TP St Yosep Maumere.
Foto: Oss
Foto Kanan: Memasuki TMP Bukit Bahagia Iligetang
Ia menamatkan pendidikan di Sekolah Dasar di Kampung Sikka (24 km dari Maumere). Don Centis kemudian melajutkan sekolah di Standaardscool, Lela. Tahun 1918 ia berlayar menuju Sulawesi Utara untuk melanjutkan pendidikan Menengah Atas-nya di Woloan Manado. Sekembalinya dari Manado, Don Paulus Centis berkarya sebagai guru di Sekolah Dasar Sikka dan Standaardscool, Lela.
Baik di Lela maupun Sikka, Don Paulus dikenal sebagai seorang pemuda yang aktif dalam berbagai kegiatan kepemudaan dan seni, khususnya musik suling kegemarannya. Hampir setiap akhir pekan, ia memimpin para remaja dan putra putri untuk latihan baris berbaris, menyanyikan lagu mars dan lagu-lagu daerah diiringi alat musik suling. Ia juga dikenal sebagai penari handal untuk sendra tari Toja Bobu (peninggalan Portugis).
Tahun 1922, menjelang usianya yang ke 20, Don PX Centis da Silva diangkat menjadi guru di Normal Cursus, di Perguruan Standaarshool Lela bersama dengan teman gurunya yang asal Manado, Maxi Makalew. Kedua orang sahabat lama, lulusan Minahasa ini kemudian membentuk orkes-orfeus suling bambu yang menjadi andalan untuk Standaarshool dalam berbagai pentas dan musik.
Lima tahun mengabdi menjadi guru, Don Centis kemudian mendapatkan beasiswa pendidikan khusus pembasmian malaria atau dikenal dengan mantri malaria di Cursus Malaria Bestryding di Carolus Boromeus Ziekenhuis (CBZ) di Batavia. Ia mengabdi selama 7 tahun didunia kesehatan masyarakat sebagai mantri malaria sebelum diangkat menjadi Kapitan Hamente (Gemeente) Lekeba’i, salah satu wilayah desentralistik Kerajaan Sikka diusianya yang ke-33.
Setelah zaman kemerdekaan, terutama setelah pengakuan kedelautan oleh Belanda atas Republik Indonesia, wilayah Flores mengalami restrukturisasi sistem pemerintahan. Raja Don Thomas Ximenes da Silva (Raja Kerajaan Sikka, kakak dari Don Centis) kemudian diangkat menjadi Kepala daerah Flores 1.
Untuk mengisi kekosongan pemerintahan Kerajaan Sikka, pada tanggal 30 Mei 1949, Don Paulus Ximenes Centis da Silva diangkat sebagai Pejabat Pelaksana Tugas Raja Sikka. Jabatan ini setara dengan struktur pemerintahan Belanda sebelum kemerdekaan yang dikenal dengan sebutan Regent Waardemen, atau lebih populer dimasyarakat dengan Mo’ang WD. Jabatan ini secara resmi dipegangnya sampai tahun 1954.
Tahun 1953 Pemerintah RI mengeluarkan kebijakan untuk merestrukturisasi pemerintahan. Maka terbentuklah Dewan Pemerintah Daerah Swapraja Sikka (DPDS) yang merupakan embrio pembentukan pemerintahan Kabupaten Sikka.
Setahun setelah terbentuknya DPDS, pada tanggal 18 Mei 1954, Raja Don Thomas Ximenes da Silva, menghembuskan napas terakhir di Ende, ibu kota daerah Flores. Melalui kesepakatan Dewan Kerajaan Mo’ang Litih Puluh, Don Paulus Centis secara resmi diangkat menjadi Raja Sikka ke XVI dari keturunan da Silva, menggantikan almarhum kakaknya Don Thomas.
Don Paulus Centis bergelar Don Paulus Centis Ximenes da Silva kemudian mengambil alih dan menata kembali seluruh perangkat kerajaan Ngawung Ratu Regalia, yang merupakan simbol kebesaran Kerajaan Sikka. Salah satu program pemerintahan yang selalu dikenang masyarakat adalah upaya pencegahan banjir Kalimati Maumere yang setiap musim hujan tahunan menggenangi Maumere dan menyebabkan korban manusia.
Pada masa kepemimpinannya sebagai Raja Sikka, di Flores secara keseluruhan sedang dilakukan penataan struktur pemerintahan, disesuaikan dengan sistem tata pemerintahan Negara Republik Indonesia (saai itu Republik Indonesia Serikat). Sehingga disamping sebagai raja, Don Centis juga menjabat sebagai anggota DPDS. Tahun 1957 saat dilakukan reorganisasi dan restrukturisasi , Don Centis diangkat menjadi Ketua DPDS menggantikan kakaknya Don Thomas.
Hanya setahun berfungsi, tahun 1958 DPDS dihapus dan dibentuk Daerah Swatantra Tingkat II Sikka atau lebih dikenal dengan Daswati II Sikka, berdasarkan UU No. 69 Tahun 1958 tentang Pembentukan Daerah-Daerah Tingkat II dalam wilayah Daerah-Daerah Tingkat I Bali, NTT, NTB.
Berdasarkan Keputusan Mendagri, Don Paulus Ximenes da Silva ditetapkan sebagai Pejabat Bupati Kepala Daerah Swatantra Tingkat II Sikka. Sementara itu dengan dihapusnya DPDS Sikka dibentuklah DPRD Daswati II Sikka Peralihan yang beranggotakan 17 orang, diketuai Yan Djong dan Wakil Ketua Thomas Markus Sogo Cynde.
Dengan lahirnya Daswati II Sikka, eksistensi Kerajaan Sikka pun secara bertahap dialihkan kepada pemerintahan republik dalam sitem pemerintahan Negara Republik Indonesia, dibawah koordinasi pemerintahan provinsi yang berkedudukan di Kupang dan pemerintahan pusat yang berkedudukan di Jakarta. Sehingga praktis eksistensi dan riwayat Kerajaan Sikka pun secara formal pun berakhir.
Dan Don Paulus Centis Ximenes da Silva pun dikenang masyarakat sebagai raja terakhir Kerajaan Sikka, sekaligus sebagai salah satu founding father utama Kabupaten Sikka. Kedudukan sebagai Pejabat Bupati Sikka diembannya sampai dengan April 1960. Tanggal 1 Mei 1960, Gubernur NTT atas nama Mendagri melantik Paulus Samador da Cunha sebagai Bupati Kepala Daerah Tingkat II Kabupaten Sikka.
Don Paulus Ximenes da Silva menikah pada tahun 1926 di usia ke 24 dengan menyunting gadis asal Du Sikka, Cornelia Du’a Reja Karwayu. Dari pernikahan ini lahir 6 orang puteri dan 3 orang putera.
Sang istri tercinta pergi lebih dahulu, Ketika Paulus Centis sedang bertugas di Lekeba’i sebagai Kapitan Mego Nualo’o. Jenazah Almarhumah dimakamkan di pendodpo tinggal keluarga Don Centis yang saat ini sudah berfungsi sebagai Poliklinik Lekeba’i.
Setahun berduka, Don Centis kemudian menikahi Lusia Du’a Ate Karwayu yang dilahirkan 13 Desember 1913, yang kemudian mendampingi Don Centis selama tugasnya di Maumere. Dari pernikahan mereka, tidak dikaruniai keturunan.
Don Paulus Centis Ximenes da Silva meninggal disaat persiapan menjelang hari kemerdekaan RI yang ke-27, pada tanggal 16 Agustus 1972 di usianya yang ke 70. Jenazahnya disemayamkan dirumah duka dilanjutkan dengan misa requiem yang mulia, dihadiri tokoh pemerintahan, tokoh masyarakat, rohaniawan dan masyarakat umum dari berbagai kalangan.
Diiringin keluarga dan masyarakat, jenazah saat itu kemudian dihantar menuju ke tempat peristirahatannya di TP Gereja St, Yosep Kota Uneng Maumere. Dimakamkan berdampingan dengan kakaknya, almarhum Raja Don Thomas Ximenes da Silva.