![]() | ![]() |
Maumere tak tidur. Didalam stadion yang pernah dijadikan tempat Bapa Paus Jhon Paul II memimpin misa pada lawatannya ke Maumere di tahun 1989 tersebut, ribuan orang tak lagi menghiraukan dinginnya udara malam. Tragisnya, baru kali ini, kami menyaksikan sendiri, begitu banyaknya orang sakit yang lalu lalang, menangis, tertidur diatas rerumputan, dan lain sebagainya. Ya ampun, ternyata banyak orang sakit di kabupaten ini.
![]() | ![]() |
Diatas panggung yang cukup lebar, sang pendeta, yang diberikan karunia oleh Tuhan tak berhenti melakukan pelayanannya. Menyembuhkan orang buta, menjalankan orang yang tak bisa berjalan, mendengarkan orang yang tak bisa mendengar, dan berbagai penyakit lainnya. Ada juga pengurapan. Kejadian penyembuhan ini bahkan berlangsung hingga dini hari, hampir selama tiga hari tersebut.
Menurut informasi, KKR Penyembuhan di Kota Maumere adalah pelayanan terakhir dari rangkaian pelayanan penyembuhan di berbagai kota di Indonesia. Di NTT, Maumere menjadi salah satu dari tiga kota dalam lawatannya. Dua kota lainnya adalah Atambua dan So’e di Timor Barat. Terpilihnya Kota Maumere merupakan kehendak Tuhan melalui pergumulan oleh sang pendeta. Sebelumnya Larantuka merupakan kota berikutnya setelah So’e dan Atambua, namun Tuhan memiliki kehendak lain. Maka Maumere menjadi tuan rumah, tak tanggung-tanggung, kota ini menjadi kota terakhir sekaligus terlama dalam KKR, yakni tiga hari.
Tentang mujizat penyembuhan ini, banyak pendapat pro dan kontra di masyarakat terutama kaum katolik yang merupakan agama mayoritas di Sikka. Ada yang menilai, KKR ini hanyalah taktik untuk meraih simpati kaum katolik hingga membelokan keimanan mereka. Ada pula yang mengatakan tak mempercayai penyembuhan ini karena hanyalah aksi penipuan sesaat. Dan masih banyak kontra pendapat lainnya.
Namun yang kita lihat adalah Samador terus dibanjiri ribuan umat selama tiga hari. Bahkan mereka bertahan tanpa atap, berlindung dibalik debu lapangan, disirram cahaya bulan dan bertahan dari rasa kantuk. Sedih sekali dan sangat miris melihat kenyataan didepan mata, warga miskin dan sakit di Sikka ternyata begitu banyak. Dimanakah peran pemerintah dalam mensejaterahkan rakyatnya terutama dalm bidang kesehatan? Dan ketika sesuatu yang bernama gratis diberikan, maka semua datang dan berkumpul. Coba saja berpikir, bahwa pemerintah memberikan pengobatan gratis secara reguler bagi kebanyakan masyarakat miskin di berbagai desa. Coba saja berpikir bahwa pemerintah punya niat baik memberikan pengobatan dan gizi usia dini bagi para warganya terutama di desa-desa terpencil. Sungguh sayang, kenyataan mengabarkan yang berbeda.
![]() | ![]() |
Mujizat penyembuhan telah berakhir dan menyisahkan berbagai pernak pernik cerita. Misalnya bahwa benar ada yang langsung disembuhkan di Samador namun ada pula yang perlu terapi doa di rumah setelah diurapi oleh sang pendeta sesuai iman sang penderita pada Jesus. Juga kedatangan umat dari pelosok desa sudah diketahui oleh paroki setempat seperti pengakuan beberapa umat.
Ada lagi cerita tentang anak-anak kecil yang harus tertidur memeluk dinginnya malam, berhimpitan dengan tubuh orang tuanya. Mereka membaringkan tubuh tanpa menghiraukan keadaan sekeliling. Dan Samador menjadi saksi bukan hanya umat katolik dan kristen yang ikut dalam penyembuhan namun saudara-saudara dari umat muslim pun tak segan ambil bagian, itulah kenyataan yang terjadi.
KKR Penyembuhan yang diberikan secara gratis ini terlihat sebagai anugerah bagi sebagian umat. Semua yang diberikan, dari penyembuhan, panggung, tata lighting, musisi, penari latar dan pendukung lainnya adalah gratis bagi umat. Semua kembali tergantung ada diri sendiri ketika memutuskan untuk mengikutinya.
Dan sekarang, Samador tak lagi ramai, jalanan tak lagi padat. Dan kini Maumere tenggelam dalam nyanyian malam, dalam irama yang normal dan kembali pada aktivitas seperti biasanya. Terpujilah nama JESUS, Maria dan Yosep..