Pemandangan savana luas yang membentang di bukit dan pegunungan membuat decak kagum yang tak habisnya. Di sisi lain, kawanan kuda dan sapi yang berkeliaran bebas semakin menambah kekhasan pegunungan ini. Dingin. Bahkan kabut terus turun dan menutup sebagian savana. Pemandangan mempesona ini kami nikmati sesuka hati. Angin semilir yang mendesah manja seakan memohon kami bertahan. Kami betah dan bersyukur, dibalik gersangnya ada pesona yang dihadiahi Tuhan bagi jagat kita, Flores!
Kali ini bro, Minggu ( 23 November 2014) petualangan selanjutnya menelusuri kembali jalur pantura. Untuk kesekian kali saya dan Ferly menjadi pelaku yang menikmati anugerahNya.
Air kemasan, dua nasi bungkus, camilan dan lainnya sudah kami siapkan. Dengan Katana kuning yang telah berubah menjadi oto offroad, sekitar pukul 13.20 wita kami meninggalkan Maumere. Laju ban tak terkendali melindas aspal pantura yang cukup mulus.
Disisi kanan membentang lautan biru nan tenang. Pulau Besar nampak gagah.
Sedang disisi kiri berdiri rumah-rumah penduduk yang sederhana. Di beberapa haaman rumah nampak sebagian warga mengkreasi dengan tanaman sayur mayur.
Oto yang dikendarai Ferly makin beringas menembus jalur Pantura. Memasuki kawasan piknik macam Watu Ria, Tanjung Satu, Kajuwulu dan Tanjung Dua nampak banyak orang berwisata. Mereka menggunakan kesempatan hari libur bersama keluarga dan sahabat.
Ingatan saya berkelana ke masa silam. Di tempat-tepmat itu saya dan para sahabat sering meluangkan waktu bermain dan memancing. Bakar ikan dan tarik moke segelas dua gelas. Tempat-tempat itu sejak dulu tidak berubah. Masih setia dengan alamnya yang gersang, tanpa MCK, tempat sampah, ataupun plang informasi.
Salah satu kekhasan pantura ini adalah bukit-bukit gersangnya yang berada di sisi kiri. Selama perjalanan, dimulai dari Nangarasong kita akan dihadiahi pemandangan bukit-bukit tandus. Indah memang. Dan pemamndangan ini telah menjadi salah satu ikon pantura Sikka yang tdak pernah diperhatikan sebagai aset wisata adventure.
Laju katana memasuki kawasan Magepanda, tepatnya kami meninggalkan perbatasan Kabupaten Sikka. Di tempat ini terkenal dengan persawahannya. Sekitar satu kilo dari perbatasan, kita akan memulai petualang seru ke padang savana sekaligus merapat ke Poma dimana air terjun Murusobe kebanggan Kabupaten Sikka berada.
Ferly yang nampak santai kemudian membanting stir ke kiri. Jalan aspal berlobang langsung menyambut kami..
Oke. Maka melajulah sang oto memasuki jalanan tak bersahabat. Aspal jalan penuh compang camping. Saya mesti maklumi. Bahwa badan jalan pedesaan di sebagian besar Pulau Flores masih berantakan.
Katana seakan tak peduli pada jalan berlobang. Kami terguncang keras. Namun begitu, wajah pedesaan mulai nampak mempesona. Rupanya secara perlahan kami telah mendaki ketinggian. Dingin membasuh tubuh. Mata kami mulai mengintai. Siapa tahu bertemu pemandangan yang menakjubkan.
Beberapa kali Ferly membujuk Katana agar berhenti sejenak. Dan saya turun ke sisi tebing untuk memotret pesona pedesaan yang berada di bawah kaki. Indah.
Katana terus merangkak. Beberapa warga dusun menatap ingin tahu. Anak- anak melambaikan tangan. Anak-anak muda menyapa bersahabat. Sungguh alam yang kaya dengan niat baik.
Jalanan aspal yang compang camping berubah. Kali ini berganti jalan bebatuan. Kadang diselingi rabat rusak, kadang pula dihadiahi rabat mulus. Namun lebih sering kami berdisko diatas jalanan berlubang. Untuk semua itu kami tak mau mengeluh. Kami nikmati saja, toh warga pedesaan pun tiada pernah mengeluh. Presiden boleh berganti, belum tentu jalan rusak akan diperbaiki. Maka, nikmati saja!
Tiba di sebuah dusun suasana agak berubah. Ditengah udara dingin, riuh musik dengan setelan bass besar gemuruh menyambut kami. Rupanya di dusun ini sedang berlangsung kebahagiaan yang telah menjadi trend warga Flores sejak dulu. Yeah, pesta Samnut Baru. Ini adalah tradisi Katolik yang dimaklumi sebagai pestanya semua orang. Semua mesti bergembira, joget sampai pagi atau istilah orang-orang cungkil matahari.
Oto terus melaju. Kami melambai tangan kepada orang-orang yang memberi senyum. Ayo mampir, sapa mereka.
Akhirnya, setelah terseok-seok sebuah pemandangan luas tersaji. Dibalik rabat jalan yang membelit bukit tandus kami terpaku. Di depan kami savana membentang indah. Dan, kabut putih seolah beramai-ramai turun menyambut kami.
Terkesima akan cantiknya, saya pun turun dari oto. Saya berlari dan menikmati alam bebas tanpa polusi. Sedang Ferly ngebut bersama Katana-nya. Ia menembus kabut untuk lebih ke puncak. Saya menghadiahinya dengan beberapa potret. Di tempat ini terasa begitu tenang, sejuk dan nyaman
Setelah berpuas diri mengabadikan semuanya, kami lantas lebih keatas. Namun sayangnya jalan rabat di kunci pagar. Aneh bukan? Maka kami terhadang. Tunggu punya tunggu, tak satupun pengendara atau pun ada orang yang bisa menolong kami. Nihil. Maka dengan muka masam, kami berbalik arah. Rencana menuju Danau lantas ke air terjun batal.
Ferli membanting setir. Oto katana berlari ke sisi kiri. Terus menapaki bukit savana. Beberapa ekor sapi berlari ketakutan. Mungkin mereka mengira kami akan menculik mereka. Ah tidak. Santai saja, kami akan selalu bersahabat dengan kalian!
Hahaha Maaf teman!
Dan dibalik bukit itu tersaji lagi pemandangan indah. Kabut tebal seolah layar putih yang menjadi latar kami. Sedang disisi kanannya tersaji panorama alam dengan tebing dan jalur jalan yang terlihat kecil di perut bukit.
Maka di tempat ini kami berpuas diri dengan mengabadikan berbagai potret indah.
Bukan hanya itu saja, ketika mobil bergerak, disisi satunya terlihat lagi panorama yang tak kalah gengsi. Bentangan alam luas dan bukit savana beserta sejumah kuda yang dilepas bebas.
Tak salah kalau Flores itu pulau indah. Bukan hanya Komodo atau Kelimutu. Masih banyak yang belum terexplore.
Kami juga bertemu beberapa pengendara. Kami berbincaang dengan satu dua pengendara yang berhenti. Saya pun tak sempat berbagi nomor ponsel dengan salah satu dari mereka. Maksudnya kami akan kembali ke tempat ini. Karena disini, di sisi lain savana yang datar dan luas kami berencana berkemah bersama komunitas mobil offroad Maumere.
Ya doakan saja, semoga terlaksana.
Jarum jam menunjukan pukul 17.10 Wita. Karena tak mau terjebak malam gelap di savana ini, maka kami beranjak. Kabut menutupi sebagian jalan seolah ucapkan perpisahan. Ya kami senang dan kami ucapkan terima kasih. Meski capek karena jalan yang tak mulus namun kami disuguhi bak tamu istimewa. Untuk itu kami berterima kasih dan berharap alam asri ini selalu dijaga kelestariannya hingga anak cucu berikutnya. Hutan yang dibakar di sepanjang bukit yang dibelit rabat jalan, mohon tidak dilakukan lagi ketika dia mulai bertunas.
Katana turun perlahan melewati jalan yang kami tanjak tadi. Gelap dan dingin. Beberapa lagu keren dari band masa lalu macam
She's Gone-nya
Steel Heart dan sejumlah lagu rock lawas lainnya menjadi penangkal kesuntukan. Kami kembali berdisko diatas tubuh jalan yang compang camping.
Nikmati saja, bisik pepohonan di sepanjang jalan.(Ossrebong) :)
FOTO-FOTO PERJAANAN: